Syarat Dua Kalimat Syahadat

Dua kalimat syahadat merupakan dasar dari keislaman seseorang. Ibarat sebuah pondasi bangunan, syahadat merupakan bagian terpenting bagi aqidah seorang muslim. Ada sebuah artikel bagus berjudul "syarat dua kalimat syahadat" yang ditulis oleh Ustadz Muhammad Thoyyib, Lc yang saya kira wajib dibaca untuk menambah wawasan keislaman kita.

Banyak perkara yang terwujud dengan disertai syarat, diantaranya dua kalimat syahadat. Tidak boleh ada satu pun diantara syarat tersebut yang hilang dari orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat.
Add caption

Syarat kalimat syahadat la ilaha illallah:

Adapun syarat syahadat la ilaha illallah ada 7. Apabila sebagian syaratnya tidak terpenuhi maka kalimat tersebut tidak bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya. Syarat-syarat tersebut secara global adalah sebagai berikut:
  1. Ilmu yang berlawanan dengan kejahilan (kebodohan)
  2. Yakin yang berlawanan dengan keraguan
  3. Menerima yang berlawanan dengan penolakan
  4. Melaksanankan yang berlawanan dengan meninggalkan
  5. Ikhlas yang berlawanan dengan syirik
  6. Jujur yang berlawanan dengan dusta
  7. Cinta yang berlawanan dengan benci
Mari kita bicarakan dengan sedikit lebih rinci mengenai syarat kalimat syahadat la ilaha illallah:
Ilmu, yang dimaksud dengan ilmu adalah mengetahui makna dan maksud kalimat syahadat la ilaha illallah. Mengetahui perkara yang ditiadakan dan yang ditetapkan. Pengetahuan yang demikian itu berlawanan dengan jahil atau tidak mengetahui mengenai hal itu semua. Allah berfirman:
وَلَا يَمۡلِكُ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِهِ ٱلشَّفَٰعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa´at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa´at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya). (QS. Az-Zukhruf:86).
Yaitu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan mengetahui denganhatinya apa yang dipersaksikan oleh lidahnya. Seandainya lidahnya mengucapkan kalimat tersebut namun ia tidak mengetahui maknanya maka tidaklah bermanfaat kalimat tersebut baginya, karena dengan demikian ia tidak meyakini apa yang ditunjukkan oleh kalimat tersebut. bagaimana yakin jika tidak mengetahui maknanya?

Yakin, artinya orang yang mengucapkan kalimat tersebut meyakini apa yang ditunjukkan kalimat syahadat itu. jika ia meragukan apa yang ditunjukkannya maka kalimat tersebut tidak akan bermanfaat baginya. Allah berfirman:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat: 15)
Maka jika seseorang mengucapkan kalimat syahadat la ilaha illallah namun ia meragukannya maka ia menjadi seorang munafik. Nabi ﷺ bersabda:
فَمَنْ لَقِيْتَ وَرَاءَ هَذَا الحَا ئِطِ يَشْهَدُ أنْ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ ، مُسْتَيْقِناً بِهَا قَلْبُهُ فَبَشَّرْهُ بِا لجَنَّةِ
ٍSiapapun yang engkau temui di balik kebun ini yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dengan meyakininya dalam hati, maka sampaikan kabar gembira kepadanya akan surga. (HR. Muslim)
maka dari hadist diatas kita bisa memahami bahwa orang yang tidak yakin alias ragu ketika bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah tidak berhak masuk surga.

Menerima,  yang dimaksudkan dengan menerima adalah menerima konsekwensi dari kalimat syahadat tersebut, yaitu beribadah kepada Allah semata, dan meninggalkan penyembahan selain Allah. Maka barang siapa yang mengucapkan kalimat syahadat namun ia tidak menerima konsekwensi tersebut dan tidak berpegang teguh dengannya maka ia termasuk orang-orang yang Allah katakan mengenai mereka dalam firman-Nya:
ِنَّهُمۡ كَانُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسۡتَكۡبِرُونَ . وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓاْ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٖ مَّجۡنُونِۢ
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS. As-Saffat 35-36)
Hal ini seperti kondisi para penyembah kubur saat ini, mereka mengucapkan: "la ilaha illallah" namun tidak meninggalkan peribadahan kepada kubur, sehingga dengan demikian berarti mereka tidak menerima makna kalimat "la ilaha illallah". Semoga Allah menunjukkan kepada mereka kebenaran.

Melaksanakan, yang dimaksud dengan melaksanakan adalah melaksanakan apa yang ditunjukkan kalimat syahadat. Allah berfirman:
وَمَن يُسۡلِمۡ وَجۡهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman: 22)
Al-Allamah Abdurrohman As-Sa'di mengomentari ayat tersebut berkata:
Barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah yaitu dengan melakukan seluruh ibadah, sementara dia orang yang berbuat ihsan di dalam beribadah tersebut yaitu dengan beribadah kepada Allah seolah ia melihat Allah dan jika ia tidak melihat Allah maka sesungguhnya Allah melihatnya. Atau (makna yang lain) barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah dengan melaksanakan segala hak-hak Allah, sementara ia orang yang berbuat ihsan (kebajikan) kepada para hamba Allah dan menunaikan seluruh hak-hak mereka.
Jujur, Yaitu dengan mengucapkan kalimat syahadat ini sementara hatinya membenarkan kalimat tersebut. maka jika seseorang mengucapkan kalimat syahadat sementara hatinya tidak membenarkannya maka ia adalah seorang pendusta dan munafik. Allah berfirman:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ . يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ . فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. Al-Baqarah:8-10)
Ikhlas, yaitu membersihkan amalan dari segala noda syirik dengan tidak meniatkan pengucapan syahadat tersebut dalam rangka untuk mendapatkan perkara dunia, tidak untuk didengar maupun dilihat orang lain. Telah disebutkan dalam hadist Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda:
إ نَّ اللهَ قَدْ حَرَّ مَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَإِ لهَ إلآَ اللهُ، يَبْتَغِي بِزَلِكَ وَجْهَ الله
Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan "la ilaha illallah" dengan mengharapkan wajah Allah. (HR. Bukhori dan Muslim).
Cinta,  yaitu mencintai kalimat syahadat ini dan mencintai apa yang ditunjukkanya serta orang-orang yang melaksanakan konsekwensi dari kalimat syahadat tersebut. Allah berfirman:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya. (QS. Al-Baqarah:165)
Ahli tauhid sangat mencintai kalimat "la ilaha illallah" dengan ikhlas, sementara ahli syirik mencintai Allah bersamaan dengan itu ia mencintai yang selain-Nya.

Syarat syahadat bahwa Muhammad adalah rasul Allah:
  1. Mengakui risalah beliau dan meyakininya dalam hati.
  2. Mengucapkan syahadat tersebut serta mengakuinya secara lahiriyah.
  3. Mengikuti beliau dengan melaksanakan kebenaran yang beliau bawa serta meninggalkan apa yang beliau larang.
  4. Membenarkan apa yang beliau sampaikan dari perkara-perkara ghoib yang telah lalu maupun yang akan datang.
  5. Mencintai Rasululloh ﷺ melebihi kecintaan kepada diri sendiri, harta, anak, orang tua serta seluruh manusia.
  6. Mendahulukan ucapan beliau dari ucapan setiap orang.
Demikian syarat-syarat syahadat yang perlu untuk dimengerti setiap muslim agar syahadat yang diucapkan memberikan manfaat baginya di dunia maupun di akhirat. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang benar dalam berucap dan berbuat.

Referensi: Aqidatut Tauhid, Syaikh Sholih Fauzan bin Abdulloh Al Fauzan

Popular posts from this blog

Cara membersihkan dan merawat wajan besi baru beli

Tutorial Bergambar Cara Setting Ulang Modem Speedy Merk ZTE type ZXV10 W300S

Arti gelar Lc dibelakang nama ustadz