Menanamkan Empati Pada Anak Sejak Dini

Salah satu cara paling jitu adalah dengan menjadikan diri kita sebagai model yang baik bagi anak-anak. Tidak sungkan untuk mengucapkan kata maaf kala melakukan kesalahan atau hal yang tidak disenangi oleh sang anak, termasuk sewaktu tidak dapat menepati janji. Sekecil apapun janji itu bagi kita, belum tentu begitu bagi si kecil. "Sayang, Mama minta maaf ya karena lupa membelikan kue pesananmu. Besok mama belikan deh, tolong telepon ya biar mama ingat."

Permintaan maaf selain bisa menjadi wakil dari rasa empati kita terhadap kekesalan anak, si kecil pun akan lebih menghargai kita. Namun lebih dari itu, dengan melihat contoh, mereka tahu cara bersikap ketika suatu saat ia tidak dapat menepati janjinya pada orang lain.
memupuk-empati-anak
Menanamkan Empati Pada Anak Sejak Dini

Dua kata ajaib "tolong" dan "terima kasih" pun perlu diakrabkan pada si anak. Beri contoh kapan kata-kata itu mesti diterapkan. "Adi, bisa tolong ambilkan tas Mama di meja samping teve?" "Terima kasih ya Sayang, sudah membantu mama" atau, "Mbak, nanti tolong kunci pintu pagar ya!". Meskipun sepertinya sepele, namun kata-kata santun tersebut mewakili sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Tanamkan sifat kasih sayang
Selalu berkata lembut, tidak menyakiti orang lain, tidak mau menang sendiri, tidak merebut mainan dari anak lain. Sikap ini memupuk rasa empati anak lebih dalam.

Selain di rumah, sekolah merupakan "pusat" pelatihan empati anak. Ketika ada teman yang terjatuh, ketika ada teman yang kesulitan, ketika ada teman yang menangis, minta dan ajak anak untuk memberikan pertolongan.

Di usia prasekolah anak sudah bisa diajak terlibat lebih dalam. ketika akan menyumbang Panti Asuhan, ajak dia untuk memilih apa saja yang akan disumbangkan. Jika anak terbiasa untuk berbagi, ia akan menyadari bahwa dengan berbagi dia tidak akan kehilangan sesuatu tetapi malah mendapatkan kebahagiaan.

Bermain memberikan banyak pelajaran bagi anak. Ketika hanya ada satu ayunan sementara yang menginginkan ada 4 orang, anak harus mengantre. Berarti dia juga belajar betapa tidak nyamannya menunggu. Dengan begitu ia juga belajar untuk tidak membuat orang lain menunggu lama. Ketika bermain bola, ia akan belajar mematuhi aturan untuk merebut bola tanpa menyakiti lawan. Ia pun belajar merasakan atmosfir kompetisi, sportifitas dan manisnya kemenangan atau kekalahan. Ragam perasaan itu akan menempa rasa empati pada diri anak.

Comments

Popular posts from this blog

Cara membersihkan dan merawat wajan besi baru beli

Tutorial Bergambar Cara Setting Ulang Modem Speedy Merk ZTE type ZXV10 W300S

Arti gelar Lc dibelakang nama ustadz